Jika kita
mendengar kata “Pulau Patmos”, orang Kristen pasti teringat dengan kitab Wahyu.
Ya, Pulau Patmos adalah tempat Rasul Yohanes, satu dari dua belas murid Yesus
menuliskan kitab Wahyu.
Arti nama
Rasul Yohanes
Nama
Yohanes dalam Bahasa Yunani Ιωάννης - Ioannes; yang berarti "Tuhan adalah
baik/pemurah”. Sedangkan dalam bahasa Ibrani, kata “Yohanes” berasal dari
kata Ibrani Yohanan (יוֹחָנָן),
"Anugerah dari Yah", atau Yehohanan (יְהוֹחָנָן), "Yahweh adalah Kelimpahan".
Yahones adalah putra dari Zebedeus, sedangkan ibunya diyakini bernama
Salome. Yohanes juga merupakan saudara dari Rasul Yakobus, yang termasuk dalam 12
murid Yesus. Dalam Injil, Yohanes dan Yakobus disebut sebagai Boanerges, atau
anak-anak guruh. Selain kitab Wahyu, Rasul Yahones juga dipercaya sebagai penulis kitab Yohanes, 1 Yohanes, 2 Yohanes, dan 3 Yohanes.
Sebelum dibuang ke Pulau Patmos
Sebelum dibuang ke Pulau Patmos, Rasul Yohanes sempat di goreng dalam
bak minyak mendidih di Roma. Namun karena Tuhan masih ingin memakai Rasul
Yahones, keajaiban terjadi sehingga ia tetap hidup sekalipun digoreng dalam minyak panas.
Di Pulau Patmos, Yahanes menjalani kerja paksa di tambang batu bara. Saat
menjalani hukuman di Pulau Patmos inilah Yohanes mendapatkan penglihatan dan
pewahyuan dan menuliskannya menjadi kitab Wahyu yang sekarang menjadi kitab terakhir di Alkitab.
Kemudian setelah menjalani hukuman, ia dibebaskan dan menjadi uskup di
Edessa (sekarang adalah bagian dari wilayah Turki. Yohanes menjadi satu-satunya rasul murid Yesus yang mencapai usia lanjut dan meninggal dengan tenang.
Sejarah dibalik dibuangnya Yohanes ke Pulau Patmos
Yohanes dibuang ke Pulau Patmos dalam masa pemerintahan Kaisar Domitian.
Pulau Patmos adalah salah satu dari beberapa pulau dimana Domitian membuang
orang-orang yang ia murkai. Domitian memiliki seorang anak bernama Titus, yang menjadi jenderal dan memimpin penaklukan Yerusalem.
Selain kejam dan haus darah, Domitian juga menjadi kaisar Roma yang
pertama kali memerintahkan seluruh wilayah yang ia taklukan untuk menyebut
dirinya “Tuhan dan Allah kami.” Ia juga membuat patung-patung dirinya dan menempatkannya di seluruh tempat ibadah.
Pulau Patmos berada di lepas pantai Turki atau kurang lebih 80 KM sebelah barat daya Efesus.
Pulau kecil yang berada di perairan Aegea ini merupakan bagian dari profektur Dodecanese.
Titik tertinggi di Pulau Patmos adalah Profitis Illias, yaitu 269 m di atas permukaan laut.
Fakta menarik tentang Pulau Patmos
Fakta menarik saat Rasul Yohanes di buang di Pulau Patmos adalah dia
tidak dibelenggu atau dirantai, tanpa penjaga dan tidak di kurang dalam sebuah
penjara. Yohanes memiliki akses yang bebas untuk menjelajahi pulau kecil itu,
di tempat keras dan berbatu inilah ia mendapatkan penglihatan yang mulia yang disebut “Wahyu Yesus Kristus.”
Setelah wafatnya Yohanes, yaitu sekitar tahun 100 Masehi, beberapa basilika didirikan oleh orang
Kristen di Pulau Patmos. Diantaranya adalah “Grand Royal Basilica” yang
didirikan untuk menghormati Rasul Yohanes pada 300-350 Masehi di tempat sekarang berdirinya “Biara Santo Yohanes sang Teolog."
Namun sekitar abad ke 7 sampai 9, pulau ini diserang orang Muslim dan
menghancurkan Grand Basilica yang berdiri disana. Hingga akhirnya pada abad-11
Kaisar Bizantin yaitu Alexios I Komnenos menganugerahkan kepada Reverend Father
Christodoulos otoritas penuh atas Pulau Patmos, termasuk diantaranya adalah
membangun kembali biara di pulau tersebut. Pembangunan biara dimulai pada tahun 1101.
Penduduk pulau ini berkembang
dengan adanya tambahan imigran dari Bizantin setelah jatuhnya Konstantinopel
pada tahun 1453 dan imigran dari pulau Kreta setelah jatuhnya Candia pada tahun 1669.
Pulau ini kemudian di bawah kekuasaan Kekaisaran Ottoman selama
bertahun-tahun, tetapi mendapatkan hak-hak istimewa terutama berhubungan dengan
perdagangan bebas pajak oleh biara yang disahkan oleh dokumen kekaisaran Ottoman yang disimpan di perpustakaan.
Pada tahun 1912, berkaitan dengan Perang Turki Italia, pasukan Italia
menduduki seluruh kepulauan Dodecanese termasuk Patmos. Italia tetap berkuasa sampai pada tahun 1943, ketika Nazi Jeman mengambil alih pulau ini.
Pada tahun 1945, pasukan Jerman meninggalkan pulau ini dan Patmos
berdiri sendiri sampai pada tahun 1948, saat seluruh kepulauan Dodecanese masuk ke dalam negara Yunani merdeka.
Jika JCers mengunjungi pulau Patmos sekarang, kamu akan disajikan
keindahan pegunungan vulkanis yang tinggi dan ngarai-ngarai yang curam dan
berbatasan dengan perbukitan hijau yang rata serta padang rumput berbunga yang terpanggang oleh panasnya terik matahari di Laut Aegea.
Pulau Patmos sudah dianggap menjadi tempat suci sejak tibanya para
pemukim pertama di Asia Kecil, sekitar 4000 tahun lalu. Para penghuni yang
mula-mula ini memilih daerah tertinggi kedua di pulau ini sebagai lokasi kuil penyembahan dewi Artemis, dewi perburuan dalam mitologi Yunani.
Pulau ini pernah memasuki masa kejayaan saat pada tahun 1800an dimana
beberapa warganya menjadi pemilik salah satu armada perdagangan terkaya di Laut
Tengah. Armada tersebut secara tak langsung menjadi penyebab sebuah invasi baru.
Pada tahun 1970an beberapa orang kaya di dunia menyadari bahwa pulau yang telah
terlupakan ini menyimpan keindahan, serta murah harga tanah dan rumahnya. Mereka
kemudian memugar banyak rumah-rumah mewah tua milik para saudagar laut itu,
lalu diiringi dengan pembangunan pusat pelabuhan yang baru dan menempatkan Patmos dalam destinasi wisata.
Sejauh ini pulau Patmos masih luput dari serbuan wisatawan yang nyaris
merusak pulau-pulau Yanani lainnya. Alasannya karena tidak adanya bandara, dan
keteguhan para biarawan agar sebagian besar pulau ini tetap merupakan tempat suci.
Jika kamu mengunjungi pulau ini, kamu bisa mengunjungi secara langsung goa
tempat Rasul Yohanes menerima penglihatan dan wahyu dari Tuhan Yesus Kristus,
yaitu Cave of the Apocalypse atau Gua Wahyu dan beberapa biara yang
didedikasikan untuk Rasul Yohanes.
Wah, menarik ya pembahasan tentang Pulau Patmos di atas? Kalau kamu tertarikdengan Fakta Alkitab lainnya, yuk kunjungi JC Channels di YouTube dengan KLIK DISINI.